Hampir
disetiap hari apalagi menjelang petang Anjungan Pantai Losari banyak dikunjungi warga setempat maupun dari luar Makassar. Dengan Bermodalkan kamera atau alat
pemotret, pengunjung dengan berbagai style menikmati hunting foto atau yang paling
ditunggu ialah sunset. Memang
beberapa bulan terakhir Anjungan Pantai Losari semakin terlihat ramai sebab
sekarang telah semakin luas dengan berbagai hiasan menarik seperti tulisan,
becak, paraga, phinisi, dan patung tokoh ataupun pejuang lokal dari tanah
Makassar.
Namun hiasan tersebut kini mulai rusak oleh tangan yang tak
menghargai karya orang lain, yang paling tidak mengenakkan pula banyaknya
sampah yang berserakan di sekitarnya terutama sampah yang tergenang. Kurangnya
kesadaran sebagian masyarakat akan kebersihan lokasi tersebut juga menanadakan
bahwa Anjungan Pantai Losari belum dijadikan sebagai sesuatu yang perlu dijaga
dan dirawat sebagai ikon Kota Makassar. Selain itu petugas keamanan dan
kebersihan harusnya perlu menyadari tanggungjawabnya dalam menjaga Anjungan
Pantai Losari. Sehingga penghargaan adipura diperoleh oleh Pemkot Makassar beberapa
bulan yang lalu seakan menjadi tidak bernilai bagi mereka yang sepertinya
apatis dan tidak peduli. Penghargaan Adipura tahun ini rencananya akan di
buatkan tugu Adipura di Anjungan Losari yang nantinya disandingkan dengan tugu
adipura yang ada di jalan tello-perintis yang katanya selama ini sering menjadi
biang kemacetan. Semoga saja tugu adipura yang dipindahkan itu, tidak
memindahkan kemacetan di Losari.
Di
samping itu, Anjungan Pantai Losari menjadi tempat mengais rejeki oleh para
pedagang kaki lima (PKL), pengamen yang menghibur dan pengemis yang begitu
mencolok. Namun terkadang pengunjung merasa terganggu oleh pengamen tertentu
yang secara kasar dan terkesan memaksa untuk di beri duit.
Anjungan
Pantai Losari telah menggambarkan sejarah melalui patung tokoh, raja dan
pahlawan. Anjungan Pantai Losari telah menunjukkan kearifan lokal melalui paraga,
phinisi dan becak. Yang menarik juga adalah dengan adanya sebuah mesjid yang
menjadi simbol kebesaran Islam di Makassar. Ikon atau simbol itulah sebenarnya
bukan hanya sekedar pencitraan dan penghormatan, tetapi hendaknya dijadikan
renungan atas sebuah perjuangan masa lampau dan kearifan lokal yang semestinya
dijadikan sebagai relasi abstrak yang berkesinambungan pada kondisi saat ini.
Ketika
bersama seorang kawan sempat terlontar kepadanya pertanyaan “apalagi yang
menarik di buat di sekitar Anjungan Pantai Losari ini ?” Tanyaku. Lantas kawan
itu menjawab dengan semangat yaitu Perpustakaan. Meskipun perpustakaan Umum
Makassar tidak jauh dari Losari namun lokasinya masih agak kurang strategis.
Jika perlu dibuatkan lagi perpustakaan atau Taman Bacaan Masyarakat sebagai bukti
pula bahwa Pemkot Makassar punya program unggulan seperti Gerakan Makassar
Gemar Membaca. Apalagi katanya program GMGM telah menjadi percontohan beberapa
daerah bahkan luar negeri sebagai program pemerintah yang dinilai dapat
mencerdaskan masyarakat. Setidak-tidaknya dijadikan motivasi untuk mewujudkan
program itu.
Anjungan
Losari dengan berbagai pagelaran kegiatan baik event seni dan budaya maupun
kampanye politik telah menjadikan Losari sebagai simbol perkembangan Makassar.
Selanjutnya melalui losari kita bisa melihat budaya orang Bugis-Makassar bahkan
sampai pada karakter orang Bugis-Makassar. Memang kita sepakat bahwa losari
bukanlah tempat untuk menilai secara universal budaya dan karakter
Bugis-Makassar tetapi setidaknya Losari lah yang menjadi tempat untuk melihat
dan menjelaskannya. Bahkan dengan simbol tulisan Makassar Of City, Bugis,
Makassar, dan Toraja sekiranya telah menyampaikan pesan bahwa Losari adalah
cermin kecil kehidupan Makassar. Sudah seharusnya sebagai warga Makassar kita
perlu menjaga dan merawat anjungan Pantai Losari agar tetap nyaman, aman, asri,
dan bersih. Karena losari adalah
Makassar beserta seluruh warganya dan bukan milik pribadi ataupun desainer ikon
tersebut. Seperti pula dengan ikon-ikon Makassar lainnya. Akhirnya marilah kita
merenungi apa yang dikatakan oleh Pierce bahwa Ikon adalah tanda yang memiliki
kemiripan/similaritas dengan objeknya.
IRSAN
(Pustakaman Studio Baca)
Tulisan ini pernah terbit di opini Tribun Timur http://makassar.tribunnews.com/2013/08/28/melirik-makassar-di-anjungan-pantai-losari
Tulisan ini pernah terbit di opini Tribun Timur http://makassar.tribunnews.com/2013/08/28/melirik-makassar-di-anjungan-pantai-losari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar